BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara agraris dengan sumber mata pencaharian yang berasal dari sector pertanian. Hal ini didorong oleh tanah di Indonesia yang cenderung subu serta iklim yang mendukung pertumbuahan tanaman dimana hasil produksi panen digunakan sebagai logistic Negara dan sebagian diexport ke luar negri.
Dengan menyandang status Negara swasembada pangan pada era Presiden Suharto, Indonesia mampu mencukupi kebutuhan pangan sendiri dan mampu mengekspor bahan pangan ke luar negri dan sejak Pelita IV, Indonesia terus menyandang gela tersebut. Namun apa yang terjadi sekarang adalah kebalikannya. Krisis pangan terjadi di mana – mana. Pernyataan tersebut pernah menjadi buah bibir dalam bebagai media informasi hingga saat ini.
Di era yang serba canggih ini, saatnya teknologi unjuk gigi dalam memerangi masalah dalam dunia pertanian dan sudah saatnya IT di Indonesia juga membantu pembangunan pertanian secara merata. Selama ini banyak orang berpikir bahwa penerapan IT ibarat menara gading, sesuatu yang sulit dijangkau dengan kondisi yang serba terbatas. Akan tetapi pernyataan ini tidaklah mutlak berlaku bagi beberapa wilayah di Indonesia yang menerapkan IT sebagai alat komunikasi antara informasi dan petani. Salah satu software yang telah terbukti membantu pertanian di Indonesia adalah OSS (Open Sources Software), sebuah software yang memungkinkan beperan sebagai sumber informasi seputar pertanian kepada petani.
BAB II
PEMBAHASAN
OSS (Open Sources Software) sebagai produk IT yang mampu membangkitkan pertanian di Indonesia ini sebelumya dan sampai saat ini telah diaplikasikan di Negara India. OSS sendiri direkomendasikan untuk diaplikasikan di Indonesia karena alasan harga, baik untuk softwarenya maupun hardwarenya. OSS dengan lisensi GPL didapatkan dengan biaya rendah dan mudah dikustomisasi sesuai dengan kepentingan pertanian Indonesia namun tetap bisa diakui kehandalannya dalam keamanan dan kinerja. Selain itu OSS pada umumnya tidak membutuhkan spesifikasi hardware yang tinggi.
Sistem pertanian di Indonesia dapat bangkit dengan adanya Free Open Source Software (FOSS) dai pengalaman India yang berhasil memajukan pertaniannya melalui penggunaan aplikasi berbasis open source. Mengingat banyak kesamaan antara Indonesia dan India, sama-sama negara berkembang, sama-sama penduduk yang jumlahnya banyak, sama-sama negara agraris, dan kesamaan-kesamaan yang lain saya kira kita bisa menerapkan sistem serupa untuk membangkitkan kembali pertanian kita.
Sistem pertanian di India dapat maju karena OSS dalam dua buah aplikasi terkait dengan hal tersebut, yaitu Jagriti dan aAqua. Jagriti diterapkan di daerah Punjab, India. Dalam implementasinya Jagriti menggunakan Linux. Jagriti memberikan layanan pengetahuan bagi para petani dengan konsep yang sederhana. Setiap desa didirikan pusat Jagriti. Pengetahuan yang dapat diberikan oleh Jagitri antara lain pengetahuan bagaimana mendapatkan dana untuk bercocok tanam, dimana selama ini petani sering dirugikan oleh ulah rentenir dan pengijon (mirip sekali dengan Indonesia). Selain itu dibuat pula aplikasi e-Khad (aplikasi yang membantu petani untuk mendapatkan kombinasi pupuk termurah) dan e-Khet ( aplikasi untuk membantu menganalisa tanah pertanian). Semua aplikasi tersebut berjalan dengan teknologi OSS. Pendirian pusat Jagitri di pedesaan bersifat waralaba, dimana orang dilatih untuk belajar menggunakan aplikasi Jagitri.
aAqua merupakan kepanjangan dari Almost All Questions Answered karena tujuan dari aplikasi ini adalah mampu menjawab seluruh pertanyaan petani. Jawaban dari pertanyaan tersebut diambil dari pengalaman petani lain. Sistem ini menerapkan social networking di bidang pertanian dengan menggunakan teknologi open source seperti Tomcat, MySQL, dan mnvforum
Dengan belajar dari dua pengalaman dari India, Indonesia pun bisa melaksanakannya. Kita tidak perlu menggunakan sistem IT yang terlalu canggih seperti di Jepang, semisal robot pemotong tanaman dan lainnya. Namun sebagai awalan, cukup menggunakan teknologi OSS sebagai media informasi untuk petani. Misalnya menggunakan Linux sebagai sistem operasi, Apache sebagai webserver, Joomla sebagai CMS yang dilengkapi dengan VirtueMart, community builder dan komponen lain yang diperlukan baik diambil dari luar negeri atau buatan dalam negeri. Dengan sistem tersebut petani dapat menjual hasil panennya lewat VirtueMart, sehingga tidak ada harga gabah anjlok karena hasil panen mengumpul pada satu desa. Antar petani pun juga dapat berbagi informasi dengan community builder dan forum. Pemerintah pusat maupun daerah juga dapat memberikan informasi yang tepat, akurat dan berguna bagi para petani. Untuk melakukan ini semuanya tentunya perlu didirikan IT center di setiap desa, mirip dengan apa yang dilakukan Jagitri.
OSS meupakan sedikit solusi yang dapat kita berikan dalam dunia pertanian Indonesia. Penggunaan OSS sendiri di lain pihak akan memberikan ruang bebas dan leluasa bagi kita untuk mengkustomisasi atau melakukan forking terhadap produk yang sudah ada untuk disesuaikan dengan situasi Indonesia selama mematuhi prinsip-prinsip yang termuat di lisensi tanpa harus meminta pengembang OSS asli untuk membuatkannya dan membayarnya. Coba bayangkan kita dapat dengan mudah menggunakan bahasa Jawa di Joomla dengan mengubah template bahasa dimana bahasa jawa lebih di mengerti oleh petani di Jawa. Saya rasa ini adalah salah satu bentuk kemerdekaan dan kemandirian IT yang diperoleh dari FOSS yang pada akhirnya dapat membantu pembangunan pertanian di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar